Gadi tidak tahu lagi cara membuat bubur yang enak itu. Disamping itu ada rasa takut kalau Encik Zarah datang lagi ke rumahnya untuk menagih utang.
Keesokannya, Mak Ijah mengajak Gadi pergi ke pekan untuk berbelanja buah-buahan, sayur, udang, cumi, kepiting dan ikan. Setelah pulang ke rumah, Gadi meletakkan barang-barang belanjaannya di dapur. Gadi kembali semangat memasak bubur, dengan cepat dikukurnya kelapa dan diperasnya jadi santan. Gadi nampak ingin mengerjakan semuanya dengan cepat.
Lagu asyik memasak, tiba-tiba Encik Zahra datang. “Hei, mano utang kalian ?”, Mak Ijah dan Gadi terkejut.
“Maaf Encik Zarah, semalam saya sudah datang ke rumah encik mau memboyo, tapi encik tak ado”.
“Jangan banyak cakap, ambil duitnyo”.
Saat mengambil duit, Gadi terperangah, nampak Encik Zarah mengamuk dapurnya kembali pecah. Tak kuasa Gadi melihat masakannya menyatu semua. Encik Zarah geram dan menuangkan semua masakannya ke periuk bubur. Begitu kejamnya Encik Zarah. Tak ada lagi tersisa. Encik Zarah mencampur semua bahan masakan gulai dan buburnya.
Gali terdiam, tak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali menggulai semua bahan yang sudah tercampur, udang, cumi, kepiting, jagung, kacang, ubi untuk buburnya tercampur sudah dengan bumbu anyang toge. Gadi tak ingin lagi ikut sayembara itu.
Lalu Mak Ijah membujuk Gadi untuk makan, dengan mata sembab Gadi berdoa dan menyendok gulai yang tak biasa itu ke mulutnya. Matanya terbelalak, kembali disendoknya isi gulai ke mulutnya.
“Mak, cobalah rasa gulai ini,” Mak Ijah keheranan dan ingin merasakan gulai yabg bercampur itu. “Sodapnyo !”, Mak turut terperanjat dengan apa yang dimakannya. “Gulai bubo ni,” Mak memakan dengan senang.
“Mak, jadi kito ikut lumbo nanti”, mata Gadi berbinar, ia menemukan apa yang selama ini ia cari. “Bubo untuk sayembara”.
Waktu sayembara yang dinanti telah tiba. Kerajaan nampak dipenuhi orang-orang yang sibuk memasak hari itu. Sekalipun raja menghendaki bubur tidak manis, namun aroma dari semua bubur tercium adalah bubur biasa. Raja bercengkrama dengan juru masak dan seolah-olah dia merasakan semuanya serba manis.
Panglima mempersilahkan mencicipi bubur yang sudah disajikan. Panglima menyilakan raja dan keluarga menyantap bubur yang tersedia.
“Panglima, panggil pemasak bubur ini,” perintah raja. Kemudian Mak Ijah dan Gadi menghadap. “Apa nama bubur ini,” tanya raja.
Gadi dan Mak Ijah yang tidak menyiapkan nama tampak bingung. “Maaf paduka, kami belum menyiapkan namanya,” Gadi menjawab.
“Kami menyukai bubur ini, kami akan menjadikannya bubur kerajaan. Karena pedas, saya beri nama bubur pedas,” ujar raja.