Memupuk Rindu Berjumpa Allah SWT


BATU BARA | jelajahsumut.com, Kenikmatan dunia yang paling besar dirasakan oleh orang beriman dan menjadikannya tenteram adalah nikmat kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata'ala.

Sedangkan kenikmatan akhirat yang paling agung dan paling tinggi adalah melihat wajah Allah subhanahu wata'ala dengan jelas tanpa adanya penghalang selayak melihat rembulan di malam purnama.

Maka diantara doa Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah, "Aku mohon kepada-Mu agar diberi nikmat yang tidak habis dan aku minta kepada-Mu, agar diberi penyejuk mata yang tak putus. Aku mohon kepada-Mu agar aku dapat rela setelah qadha-Mu (turun pada kehidupanku). 

Aku mohon kepada-Mu kehidupan yang menyenangkan setelah aku meninggal dunia. Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di Surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan keimanan dan jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan (lurus) yang memperoleh bimbingan dari- Mu. "HR. An-Nasa'i No. 1305.

Kerinduan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk berjumpa dengan Allah tampak dengan jelas dalam perjalanan hidupnya, baik dalam ibadah maupun aktivitas dakwahnya. Kerinduan beliau semakin memuncak di saat akhir kehidupannya. Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu bahwasanya

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk di atas mimbar seraya bersabda, "Sesungguhnya ada seorang hamba yang telah Allah tawari untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah,".

Tiba-tiba Abu Bakar menangis lalu berkata, "Kami tebus anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami. "Kami menjadi heran kepadanya Orang-orang berkata, "Perhatikanlah orang tua ini. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan tentang seorang hamba yang Allah tawari la perhiasan dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu orang tua ini berkata, 'Kami tebus Anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami." Dan ternyata hamba yang diminta memilih itu adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Abu Bakar adalah orang yang paling memahami tentang beliau.

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar Seandainya aku boleh mengambil kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam. 

Sungguh tidak ada satu pun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintunya Abu Bakar." HR. Al-Bukhari No. 3904. Demikian halnya Nabi Musa 'alaihissalam yang juga memendam kerinduan yang dalam untuk bertemu dengan Allah subhanahu wata'ala sebagaimana di terangkan dalam Al-Quran. 

"Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku. 

Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Maha suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman," (QS. Al- A'raf: 143)

Ayat ini merupakan penguatan bagi orang-orang yang memendam kerinduan untuk bertemu dengan Allah dan sebagai hiburan bagi mereka. Seakan dikatakan bahwa Allah mengetahui bahwa siapa yang mengharap perjumpaan dengan-Nya maka ia akan rindu kepada-Nya, kemudian Allah akan menetapkan ajal yang dekat baginya di mana ia akan datang tanpa ada yang menghalanginya karena setiap yang akan datang itu adalah dekat.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dari hadits Ubadah bin Shamit, "Barang siapa Mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya, sebaliknya barang siapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya. "Lantas Aisyah atau sebagian istri beliau berkomentar, "Kami juga cemas terhadap kematian!".

Nabi lantas bersabda, "Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar, seorang mukmin jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan karamah-Nya, sehingga tak ada sesuatu apa pun yang lebih ia cintai daripada apa yang di hadapannya, sehingga ia mencintai berjumpa Allah, dan Allah pun mencintai berjumpa kepadanya. Sebaliknya orang kafir jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar buruk dengan siksa Allah dan hukuman-Nya, sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang di hadapannya, ia membenci berjumpa Allah, sehingga Allah pun membenci berjumpa dengannya." (HR. Al-Bukhari)

Marilah kita senantiasa memupuk kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata'ala di akhirat kelak. Karena hal itu akan selalu mendorong kita untuk dekat dengan Allah, taat kepada-Nya dan selalu memohon ampunan kepadanya, (Penulis: Hanafi Zein, SH Mahasiswa Pascasarjana UIN SU Medan).