Menelusuri Jejak Sejarah Batu Bara ke Kabupaten Siak


BATU BARA | jelajahsumut.com, Batu Bara adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Batu Bara merupakan daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) menyetujui rancangan undang-undang pembentukannya pada 2 Januari 2007.

Sejarah perjuangan pembentukan Kabupaten Batu Bara berawal dari keinginan masyarakat untuk membentuk sebuah kabupaten otonom. Upaya itu sendiri sudah dirintis sejak tahun 1957, namun akibat dinamika politik nasional hingga akhir tahun 60-an, masyarakat Batu Bara kembali meng-aspirasikan bergabungnya 5 kecamatan yang ada didalam Kabupaten Batu Bara.

Sejak dicetuskan kembali pada tahun 1999, usaha dan keinginan masyarakat Batu Bara mendapat penolakan dari Pemerintah Kabupaten Asahan. Walaupun tidak direstui oleh Pemerintah Kabupaten Asahan, Masyarakat Batu Bara yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Menuju Kabupaten Batu Bara (Gemkara) melakukan berbagai upaya dan pergerakan yang didukung oleh berbagai elemen masyarakat untuk membentuk sebuah kabupaten otonom.

Usah-usaha pendekatan persuasif kepada pemerintah pusat dan provinsi terus dilakukan hingga akhirnya kerja keras itu membuahkan hasil. Masyarakat Batu Bara menilai bahwa terbentuknya Kabupaten Batu Bara bukan merupakan hadiah, tetapi hasil perjuangan masyarakat yang dimotori oleh Gemkara.

Ketua Umum PB Gemkara, Khairul Muslim mengatakan, napak tilas sejarah Batu Bara merupakan satu program yang sudah ditunggu sejak lama. Kesempatan ini juga sebagai momentum memasuki usia dewasa (17 tahun) Kabupaten Batu Bara.

Dalam napak tilas sejarah Batu Bara, PB Gemkara mengunjungi Kabupaten Siak, Provinsi Riau dan Istana Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. Secara historis, dua daerah ini disebut memiliki keterkaitan yang erat dengan Batu Bara.

Dalam kesempatan tersebut, PB Gemkara bersama Tim Penyusunan Sejarah Batu Bara akan menggali dan mengumpulkan informasi yang akan dijadikan bahan dalam penyusunan sejarah Batu Bara. Selanjutnya hasil dari penyusunan itu akan dilakukan seminar yang melibatkan pakar sejarah dan budaya sehingga kebenaran dan kesahihannya dapat dipertanggungjawabkan. Hingga akhirnya sejarah Batu Bara ini dapat dicatat dalam sebuah buku dan akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Kabupaten Batu Bara.

Menelusuri Jejak di Kota Istana Kesultanan Siak Sri Indrapura merupakan kerajaan melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kesultanan ini dikaitkan memiliki hubungan yang kuat secara historis dengan Batu Bara.

Untuk menelusuri hal tersebut, PB Gemkara melakukan lawatan atau kunjungan budaya. Tepat pada Kamis (23/2/2023), Pengurus PB Gemkara bersama Tim Penyusun Sejarah Batu Bara bertolak Kabupaten Siak. Sejumlah agenda telah disiapkan dalam kunjungan itu. Pada hari pertama, PB Gemkara bersama tim penyusun disambut hangat oleh Lembaga Adat Melayu Siak (LAMSIAK) di Gedung LAMSIAK Jalan Hangtuah, Kelurahan Kampung Rempak, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak.

Tiba di Gedung LAMSIAK, rombongan disambut dengan tarian yang diiringi oleh alat musik tradisional dan didalam Gedung rombongan diterima oleh Ketua LAMSIAK, Datuk Sri Wan Said sembari disuguhi berbagai jenis makanan tradisonal dengan duduk bersantai dengan bersila.

Dalam kesempatan itu, LAMSIAK mendukung langkah yang diambil PB Gemkara untuk menyusun sejarah Batu Bara. Pihaknya juga bersedia membantu mengumpulkan bahan materi yang dibutuhkan dalam penyusunan sejarah Batu Bara. Beberapa referensi, buku dan data pendukung lainnya turut disertakan dan akan diserahkan kepada PB Gemkara.

Keesokan harinya didampingi pengurus LAMSIAK, PB Gemkara dibawa berkeliling Kabupaten Siak untuk mengunjungi beberapa peninggalan sejarah. Diantaranya ; Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Siak Sri Indrapura, Masjid Raya Syahabuddin atau yang lebih dikenal dengan Masjid Raya Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II beserta keluarga Siak Sri Indrapura, Tangsi Belanda dan peninggalan sejarah lainnya.

Kunjungan singkat di Pagaruyung setelah di Kabupaten Siak, penelusuran dilanjutkan ke Istana Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Namun dalam kesempatan ini, PB Gemkara bersama tim penyusun sejarah Batu Bara tidak dapat mendapat informasi banyak terkait hubungan historis antara Batu Bara dengan Kerjaan Pagaruyung atau Kerajaan Minangkabau.

Hal itu dikarenakan PB Gemkara dan tim penyusun tidak dapat bertemu dengan salah seorang tokoh adat (Narasumber) yang sebelumnya telah dijanjikan karena sesuatu hal yang tidak dapat dijelaskan.

Tetapi dari berbagai sumber yang diperoleh menceritakan bahwa, Raja pertama dari negeri Batu Bara adalah putra dari Raja Kerajaan Pagaruyung yang bernama Datuk Belambangan (dikenal sebagai Datuk Batu Bara), (Penulis: M Dian Safei, S.Sos).