Semakin Dekat Kemunculannya Semakin Mendebarkan

(Seri Politik Nasional)
Oleh: Irwansyah Nasution

BATU BARA | jelajahsumut.com, Tak lama lagi cawapres Anies Rasyid Baswedan akan diumumkan, sebagaimana capres PDI Perjuangan juga akan dimunculkan capresnya, apa yang menarik untuk dikupas tulisan ini tak lain untuk melihat bagaimana adu strategi dari duel politik. 

Capres di 2024 yang semakin menantang untuk melihat sebaran pendukung dari dua kekuatan masing masing, apa narasi yang akan diangkat untuk diuji sebagai unggulan yang akan menentukan persepsi publik tentang wajah Indonesia pada pemerintahan baru paska Presiden Jokowi lengser, bagaimana drama Politik yang sangat menegangkan jika dua narasi dipertontonkan sehingga menimbulkan dukungan politik akan bergeser dari satu tempat ketempat lain terutama lima puluh juta suara pemilih baru.

Bukan mau underestimate pada calon koalisi lain tapi biasanya dalam pertarungan politik tidak bisa dihindari big macht dua besar dikelompokkan mayoritas publik politik Indonesia. 

Jika PDI P dengan capresnya Puan dan Yusril sebagai cawapres dari PBB, maka ide Narasinya bisa mengklaim pasangan Nasionalis Islam, jika Anies  berpasangan AHY atau Khofifah Sekmen elektoralnya lebih kepada basis penyebarannya teritorial jadi kita akan menghitung secara persepsi mana yang paling unggul antara basis ideologi lawan teritorial. 

Dalam perkembangan politik terkini soal capres cawapres, kelompok masyarakat sepertinya sudah tergerak secara mandiri dan kolektif ikut mendorong dan menentukan capres dengan versi nya masing masing seperti kelompok relawan bahkan ormas pun sudah berani menyatakan pendapatnya ke publik seperti Pemuda Pancasila, Bahkan Ulama NU se-Jawa Tengah dan se-Jawa Timur mendukung Anies sebagai simbol pembawa perubahan. 

Pengamatan dan rekam jejak para capres yang diinginkan para kelompok ormas tersebut menjadi rekomendasi pula dengan menyebut Nama-nama yang diusulkan sebagai kandidat cawapres juga masuk akal baik mereka yang berasal dari NU sendiri maupun Keluarga besar NU mengusulkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pasangan Anies memiliki integritas, kapasitas dan kapabilitas, meski dengan elektabilitas berbeda-beda, di lain pihak sampai saat ini pasangan capres lain belum mendapatkan dukung serupa seperti Capres Anies, mungkin karena belum diumumkan ke publik secara serius.

Secara eksplosif Anies pun dalam beberapa keterangannya sudah mengumumkan kriteria cawapresnya, yaitu memiliki elektabilitas, menjamin soliditas koalisi, membantu efektivitas pemerintahan ke depan, memiliki chemistry atau dwi tunggal serta mencerminkan semangat perubahan dan perbaikan,”. Setidaknya isu pencapresan semakin menarik dan mencerdaskan bagi publik sebelum benar benar dicalonkan partai politik.

Ada yang semakin menggembirakan dari tampilan peristiwa politik ditahun ini, kita dapat lebih awal memberi penilaian terhadap capres dan cawapres dan ini sangat menarik karena publik ditarik partisipasinya dengan menggunakan pikiran jernih sebelum menjatuhkan dukungan di TPS kelak memilih, karena waktu untuk berpikir ulang cukup lama tersedia untuk menilai sosok capres yang muncul belakangan ini, tidak seperti masa lalu para capres itu ditampilkan secara dadakan sehingga publik tidak sempat berpikir secara kritis terhadap capres tersebut karena dicalonkan secara last menit detik detik terakhir sekalipun ada season kampanye dan debat publik namun rekam jejaknya tidak maksimal terbaca, mengenal siapa dan mengapa dia para capres itu.

Dari sini kita melihat pemilu 2024 kedepan akan semakin seru dan dramatis terutama soal capres yang benar benar siap secara konsep dan rekam jejak  yang akan mendapat perhatian khusus para pemilih seiring boomingnya informasi tentang siapa dia sebenarnya yang tentunya, istilah membeli kucing dalam karung sudah tidak jamannya lagi karena kita memerlukan pemimpin yang benar benar cerdas bukan sosok yang penuh kosmetik sehingga terlihat seperti badut dan lawak lawak, (Red). 

Penulis: Irwansyah Nasution (Pengamat Sosial Politik dan Kebijakan Publik).